Sunday, May 13, 2007

Mau Produksi "Jakarta Under Kolor"

Me and Moamar Emka, RM Cipta Rasa, Purwokerto, Sunday, 29 April 2007

Moamar Emka
Mau Produksi “Jakarta Under Kolor”

Setelah sukses dengan buku ketiganya yang juga dibuat film “Jakarta Undercover 3”, Moamar Emka kini punya kejutan lagi. Buku dan film yang mengungkap dunia esek-esek di Ibukota ini segera dibuatkan lanjutannya oleh penulis yang menyukai pecel Madiun ini.


Saat berbincang-bincang dengan Rakyat di RM Cipta Rasa, Minggu (29/4) siang kemarin ia mengungkapkan, “Saya mau bikin Jakarta Under Kolor” katanya yang langsung disambut tawa keras teman-temannya.


Ya, siang itu ia memang baru datang dari Jakarta untuk melakukan talkshow di “Pesta Buku Purwokerto 2007” malam harinya. Rakyat mendapat kesempatan spesial untuk ngobrol bareng dengan penulis sensasional itu bersama teman-temannya dan panitia bookfair yang digelar di Gedung Paschalist Hall, 27 April- 3 Mei mendatang.

Tentu saja, “Jakarta Under Kolor” yang dimaksud hanya bercanda. Ia malah berujar bahwa buku Jakarta Undercover 3 sudah tidak ada lanjutannya lagi. Pada bukunya kali ini, ia kembali mengungkapkan fakta tentang “liar”nya kehidupan seksual di Ibukota.


“Dibandingkan buku sebelumnya, buku ketiga ini menunjukkan pola perilaku seksual di Ibukota yang mulai berkembang, mulai terbuka, nggak malu-malu lagi, dan bahkan sudah berani tampil dimuka umum” kata pria berjengot panjang ini.


Ditanya pengalamannya saat membuat buku tersebut, ia mengaku sempat “menaruh hati” pada seorang wanita yang menjadi objek observasinya. Namun hubungan itu tak berlanjut serius.
“Sebetulnya saya kasihan sama dia. Dalam sehari dia harus melayani empat hingga enam lelaki” tutur Emka yang mengaku belum punya prioritas kapan akan married.


Meski harus terjun langsung bahkan “mencoba” dunia esek-esek untuk bahan tulisannya, ia tetap menghargai kaum perempuan. “Wanita itu indah” katanya. Saat ditanya makna cinta baginya, penulis berlatarbelakang santri ini spontan menjawab, “Cinta itu sesuatu yang indah, misterius, menyenangkan, dan menyamankan”.


Menurutnya, latarbelakang sebagai seorang santri sulit ia gunakan untuk “mengajak tobat” mereka yang ada di dunia hitam itu. “Nggak kena” lanjutnya. Ia hanya berujar, “Ya minimal keluar dari kandang macan, ketemu ikan” katanya sambil tersenyum. (sbw)

Koran Rakyat, (30, April 2007)

No comments:

Post a Comment