Wednesday, March 31, 2010
Wednesday, May 16, 2007
Atmajaya Berjaya Setelah Ungguli UII
Atmajaya Berjaya Setelah Ungguli UII
PURWOKERTO- Universitas Atmajaya merajai babak final ajang The 10th Indonesian Varsities English Debate gelaran Student English Forum (SEF) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang berakhir Selasa (7/2) kemarin. Pada babak final, Tim Universitas Atmajaya B Jakarta mampu mengalahkan Tim Universitas Islam Indonesia (UII) A Yogyakarta.
Tidak tanggung-tanggung, gelar best of the best speaker juga mampu mereka raih atas nama Ananda W T. Posisi 2nd best speaker diraih Graceven dari Atmajaya A Jakarta. Sedangkan posisi 3rd best speaker diraih Aditya R dari Tim UII A.
“Kami sudah mulai persiapan dari Januari kemarin. Terima kasih buat coach kami, team mate, semua kontingen dan SEF khususnya. Setelah ini kami akan berjuang untuk debate di tingkat Asean,” lanjutnya.
“Empat juri menyatakan Atmajaya sebagai pemenang, sedang tiga lainnya menyatakan UII sebagai pemenangnya, sehingga nilai mereka jadi split,” kata Ketua Panitia, Nur Indah Marwitasari. “Atmajaya bisa menang karena mereka mampu mengembangkan kasus, argumen mereka juga kuat,” lanjutnya.
“Capek memang, tapi kami lega karena semua sudah selesai. Meski kami kekurangan personil tapi semua lancar-lancar saja,” katanya. Setelah sukses dengan acara ini, SEF juga berencana mengadakan Jenderal Soedirman Debate Champhionship yang merupakan lomba debat antar SMU se-Jateng. (sbw)
Koran Rakyat, (8 Februari 2007)
Kisah Sedih TKW Ari Utari (2)
Kisah Sedih TKW Ari Utari (2-Habis)
Firasat Buruk Ibunda Ternyata Benar
Praaang….gelas yang ada di tangan tiba-tiba jatuh ke lantai. Berkali-kali kejadian ini dialami Turyati. Tak hanya itu, kalung emas seberat sepuluh gram miliknya patah sampai tiga kali. Kini hanya tersisa tiga gram saja. Bahkan pernah suatu malam ia bermimpi anaknya tidur di atas tanah.
Turyati ibuda Ari Utari sebenarnya tak tega melepas anak bungsunya ini pergi menjadi TKW ke Malaysia. Tak lama berselang sejak kepergian Ari, ia sering sakit-sakitan, bahkan Taswin suaminya juga mengalami hal yang sama.
“Suami saya pernah mimpi di kejar hantu, terus karena kaget ia langsung memukul tembok” kata Turyati.
Ibu dengan tiga anak putri ini sebelumnya juga punya pengalaman buruk. Reni Wiyarti, anaknya yang pertama juga pernah menjadi TKW di Malaysia dari tahun 1997-1999. Ia juga mengalami kekerasan dari majikan sama seperti apa yang menimpa Ari. Namun ia kini sudah hidup bersama suaminya di Riau.
Berbeda dengan anak pertama, Rina Yuliwiarti anaknya yang kedua justru berhasil dan mendapat keberuntungan saat menjadi TKW di Singapura. Dari tujuh tahun disana Reni mampu membelikan rumah, tanah dan sejumlah uang bagi orang tuanya. Setiap hari ulangtahunnya tiba, majikannya selalu merayakan dan memberikan hadiah seperti cincin, Televisi, dan radio. Kini Rina juga telah hidup bersama suaminya di Kalimantan.
Keberhasilan inilah yang membuat Ari Utami ingin mengikuti jejak kakaknya. Ari yang juga sedang menghadapi masalah dalam perkawinannya ini mencoba mengadu nasib dengan menjadi TKW di negeri seberang. Namun, malang nasib sial harus menimpanya. Kini hanya tubuh kurus, luka di pungung, dan trauma yang ia rasakan.
Ari Utami kini terbaring di ruang Dahlia A.1 RSU Banyumas. Perempuan 20 tahun yang senang menyanyi ini didiagnosa mengalami trauma thorax (dada), abdomen (perut) bawah, dan punggung. Untuk menghilangkan trauma, ia sesekali bercanda dengan dokter atau perawat.
“Dokter lebih jahat dari majikan saya, masa saya disuntik-suntik terus” ucapnya disertai tawa.
“Saya ingin bisa nyanyi seperti dulu, tapi malu” kata Ari. Ia sangat ingin menyanyikan lagu milik Nafa Urbach yang berjudul “Bagai Burung Dalam Sangkar” dan “Bukan Cinta Biasa” milik Siti Nurhaliza. “Saya juga ingin tampil di panggung atau ikut organ tunggal” katanya berharap.
(Subarkah Budi Wibowo)
Koran Rakyat, (14 Februari 2007)
Kisah Sedih TKW Ari Utari (1)
RAKYAT/SUBARKAH BUDI W
Makan Sekali Sehari, Tidur Di Kamar Mandi
Pipi mulus itu kini ternoda oleh bekas luka yang mengering, pukulan kayu dari majikan meninggalkan luka di dahi, bahkan beberapa gigi rontok akibat pukulan sandal kayu.
“Saya pulang hanya membawa Rp 300 ribu dan 10 ringgit Malaysia serta pakaian yang sudah disobek-sobek majikan” katanya kepada Rakyat.
Dua bulan awal ia lalui tanpa mengalami kekerasan. Makan tiga kali sehari pun masih ia peroleh. Tapi, gaji belum ia dapatkan. Di pagi hari ia harus menyapu, mengepel, dan mencuci. Kemudian berangkat ke pabrik kaos kaki bersama majikannya yang juga pemilik pabrik tersebut. Kegiatan ini menjadi rutinitas sehari-harinya. Petaka itu datang saat memasuki bulan ketiga.
“Majikan saya mulai memukul dan menendang bagian punggung dan kepala. Saya juga dipukul dengan sandal kayu sehingga dahi saya terluka, bahkan beberapa gigi saya patah” ungkapnya.
Pukul dua siang ia pulang bersama majikannya untuk makan siang. Tetapi hidangan istimewa baginya berupa nasi basi. Ia pun terpaksa memakannya. Kemudian mereka kembali ke pabrik dan baru pulang pada pukul delapan malam. Setelah tiba dirumah ia harus menyelesaikan pekerjaan tadi pagi.
“Saya terpaksa minum air ledeng di kamar mandi untuk menghilangkan haus” katanya.
Keberuntungan masih berpihak kepadanya, saat niat kembali ke tanah air ia sampaikan, majikan perempuan yang memiliki tiga anak ini mengabulkannya. Kekerasan yang dilakukan majikan tersebut juga dilakukan pada anak-anaknya. Namun tidak ada yang berani melawannya.
Dengan diantar majikannya ke Pelabuhan Johor, ia pulang ke tanah air lewat Batam menggunakan kapal penumpang. Beruntung saat berada di kapal ia berkenalan dengan Mbak Kar, seorang warga Batam. Ia lalu mengenalkannya kepada Rohadi seorang TKI asal Banyumas yang juga ingin pulang.
Setibanya di tanah air, mereka lalu melanjutkan perjalanan dengan travel menuju Banyumas. Setelah sempat menginap semalam di rumah keluarga Rohadi, kemudian Ari Utari diantar menuju rumahnya.
Pada Sabtu (10/2) Ari Utari di bawa ke Puskemas Sokaraja I. Namun hanya dua hari ia dirawat, kemudian langsung di bawa ke RSU Banyumas pada Senin (12/2) kemarin. (Subarkah Budi Wibowo) (Bersambung).
Koran Rakyat, (13 Februari 2007)
Tuesday, May 15, 2007
Dan "Kartini" pun Menangis...
RAKYAT/SUBARKAH BUDI W
Seorang wanita terperangkap dalam kobaran api. Wajahnya berdarah-darah. Bahkan kedua bola matanya hampir copot keluar. Air mata darah pun menetes di pipinya.
Tak hanya itu, rambutnya juga acak-acakan. Dari keningnya mengucur darah membasahi wajah hingga ke lehernya. Mulutnya tak berukuran normal dan merah menyala karena lipstik yang tak karuan.
Tenang dulu. Gambaran tadi bukan terjadi sungguhan. Itu hanya salah satu lukisan karya anak-anak SMPN 5 Purwokerto dalam “Ekspresi Lukis Kartini 2007” yang diadakan sekolah tersebut baru-baru ini.
“Gak tahu dapat ide dari mana. Spontanitas saja” lanjutnya.
Ya, Diana Fitriani, sang pembuat lukisan mencoba menggambarkan sosok Kartini sebagai wanita Jawa di zaman sekarang lewat lukisannya. Ia sangat menghayati karyanya. Tak heran, jemarinya penuh cat karena ia gunakan untuk menorehkan karyanya. Hanya sesekali ia menggunakan kuas.
“Perempuan di lukisan saya memang sedang kecewa. Ia sedih dengan kondisi perempuan di Indonesia sekarang ini” katanya.
Bentuk ekspresi yang sederhana tapi patut diacungi jempol juga. Dikatakan sederhana karena kanvas yang mereka gunakan hanya berupa kardus bekas. Sedangkan peralatan yang lain sudah disediakan dari sekolah terutama untuk kegiatan ekstrakurikuler seni rupa.
Menurut Cipto Pratomo, guru seni rupa sekolah tersebut, acara ini diadakan justru karena siswa yang menginginkan. Ia pun monggo saja dan membiarkan mereka berekspresi dengan karyanya. “Lukisan merupakan ekspresi yang sebebas-bebasnya” katanya.
Disinggung mengenai lukisan “wanita nelangsa” karya muridnya, ia hanya berujar, “Ah, mungkin mereka terlalu banyak nonton TV. Banyak pemberitaan tentang kekerasan terhadap perempuan di media massa”. (Subarkah Budi Wibowo)
Koran Rakyat, (25 April 2007)
Monday, May 14, 2007
Pedagang Komplek B Pasar Wage Ruwatan
RUWATAN. Pedagang yang ada di Komplek B Pasar Wage pada Kamis (8/2) kemarin mengadakan ruwatan atau selamatan bulan Shuro di lorong sebelah selatan.
RAKYAT/SUBARKAH BUDI W
PURWOKERTO- Pedagang yang berada di komplek B Pasar Wage kembali mengadakan ruwatan atau selamatan Syuro (Suran), Kamis (8/2) kemarin. Acara yang untuk kedua kalinya diadakan ini mengambil lokasi di pintu atau lorong sebelah selatan Pasar Wage yang belum lama dibuka.
“Kami mengadakan ini untuk mengharap lindungan Tuhan agar diberi rejeki yang halal dan barokah. Kami menilai bumi kita ini juga sudah tidak bersahabat dengan banyaknya bencana di negara kita. Oleh sebab itu, kami ingin bumi kita ini kembali bersahabat,” kata salah satu pedagang di Kompleks B Pasar Wage, Arjo kepada Rakyat.
Acara ini diisi dengan tahlilan, pengajian, potong tumpeng, dan juga pagelaran wayang kulit yang menampilkan dua dalang sekaligus, Ki Dalang Kirno dan Paiman Tedjocarito dari Pancurawis. Dana untuk menggelar acara yang sederhana ini diperoleh dari iuran sukarela para pedagang di komplek tersebut.
Wayang kulit yang digelar mengambil kisah tentang Werkudara yang bertemu dengan Bayu Pitu atau tujuh angin. “Kisah ini mengambarkan orang yang senang mencari paseduluran (persahabatan-red), itulah sebenarnya misi kita di dunia ini atau dalam bahasa Jawa disebut manunggaling rasa sedhulur,” kata salah satu dalang, Paiman Tedjocarito.
Komplek B Pasar Wage memang terdiri dari pedagang yang berasal dari berbagai etnis yang berbeda. Dalam sambutan pembukaan, Ketua Pedagang Komplek B Pasar Wage, Toha menyarankan agar para pedagang tidak menjual beras dengan harga jauh di luar jangkauan masyarakat. Selama ini untuk banyak masyarakat yang mengeluhkan harga beras kepada mereka. (sbw)
SARESEHAN MUSIK. Oemah Seni Pereng mengadakan sarasehan yang membahas pengaruh musik bagi kehidupan manusia pada Sabtu (17/2) malam kemarin. RAKYAT/SUBARKAH BUDI W
“Musik adalah inspirasi buat saya. Daripada ndengerin omelan orang tua mendingan ndengerin musik”
“Perasaan saya sangat luarbiasa ketika melihat anak saya menggerakkan tangannya, kakinya menendang-nendang, sepertinya ia lagi berjoget,” katanya.
Koran Rakyat, (19 Februari 2007)
Sunday, May 13, 2007
Mau Produksi "Jakarta Under Kolor"
Mau Produksi “Jakarta Under Kolor”
Setelah sukses dengan buku ketiganya yang juga dibuat film “Jakarta Undercover 3”, Moamar Emka kini punya kejutan lagi. Buku dan film yang mengungkap dunia esek-esek di Ibukota ini segera dibuatkan lanjutannya oleh penulis yang menyukai pecel Madiun ini.
Saat berbincang-bincang dengan Rakyat di RM Cipta Rasa, Minggu (29/4) siang kemarin ia mengungkapkan, “Saya mau bikin Jakarta Under Kolor” katanya yang langsung disambut tawa keras teman-temannya.
“Sebetulnya saya kasihan sama dia. Dalam sehari dia harus melayani empat hingga enam lelaki” tutur Emka yang mengaku belum punya prioritas kapan akan married.
Koran Rakyat, (30, April 2007)
Grebeg Suro Cipendok, Bentuk Rasa Syukur
Hawa dingin terasa mulai menusuk sampai ke tulang, meski hari itu matahari telah melewati atas kepala. Wajah ceria orang-orang yang hendak melakukan prosesi itu terus tampak secerah langit biru saat itu. Anak-anak yang menabuh kenthongan berada didepan barisan itu. Thok…thok…thok tanda gunungan sesaji siap diarak menuju Curug Cipendok, untuk mengawali Upacara Grebeg Suro.
(Subarkan Budi Wibowo)
Koran Rakyat, (2 Februari 2007)