Wednesday, March 31, 2010

Menentukan Arah

Menentukan Arah

[+/-] penasaran...

A weird face in my dorm's bathroom

A weird face in my dorm’s bathroom

[+/-] penasaran...

Terobati dengan Berbagi

Terobati dengan Berbagi

[+/-] penasaran...

+62856261xxxx

+62856261xxxx

[+/-] penasaran...

16 Desember 2006

16 Desember 2006

[+/-] penasaran...

The Last Call

The Last Call

[+/-] penasaran...

Happy B'day Buddy...

Happy B’day…Buddy….

[+/-] penasaran...

MERDEKA ATAOE MATI

MERDEKA ATAOE MATI….!!!

[+/-] penasaran...

Ooohhh....Ibuku....

Ooohhh…Ibuku….

[+/-] penasaran...

081564897187

081564897187

[+/-] penasaran...

Supermassive Super Muse

Supermassive Super Muse

[+/-] penasaran...

the sweet escape

the sweet escape

[+/-] penasaran...

Mengapa Aku Tak Menulis (Lagi)

Mengapa Aku Tak Menulis (Lagi) …??

[+/-] penasaran...

Wednesday, May 16, 2007

Atmajaya Berjaya Setelah Ungguli UII


The 10th Indonesian Varsities English Debate
Atmajaya Berjaya Setelah Ungguli UII

PURWOKERTO- Universitas Atmajaya merajai babak final ajang The 10th Indonesian Varsities English Debate gelaran Student English Forum (SEF) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang berakhir Selasa (7/2) kemarin. Pada babak final, Tim Universitas Atmajaya B Jakarta mampu mengalahkan Tim Universitas Islam Indonesia (UII) A Yogyakarta.


Dengan motion atau tema This House Would Change Electoral Threshold, Atmajaya B mampu menang split. Sedangkan Tim Atmajaya A Jakarta dan Tim Atmajaya Jogjakarta mampu meraih posisi 2nd runner up.


Tidak tanggung-tanggung, gelar best of the best speaker juga mampu mereka raih atas nama Ananda W T. Posisi 2nd best speaker diraih Graceven dari Atmajaya A Jakarta. Sedangkan posisi 3rd best speaker diraih Aditya R dari Tim UII A.


"Wah, senang banget, saya kira bakal kalah tadi. Sempat tegang juga, tapi begitu jadi pemenang, lega banget," kata debater Atmajaya B, Wibowo Arindrarto kepada Rakyat, kemarin.


“Kami sudah mulai persiapan dari Januari kemarin. Terima kasih buat coach kami, team mate, semua kontingen dan SEF khususnya. Setelah ini kami akan berjuang untuk debate di tingkat Asean,” lanjutnya.


“Empat juri menyatakan Atmajaya sebagai pemenang, sedang tiga lainnya menyatakan UII sebagai pemenangnya, sehingga nilai mereka jadi split,” kata Ketua Panitia, Nur Indah Marwitasari. “Atmajaya bisa menang karena mereka mampu mengembangkan kasus, argumen mereka juga kuat,” lanjutnya.


Final debat yang berlangsung Selasa malam di Gedung Soemardjito ini juga dimeriahkan oleh penampilan band, marching band, dan teater dari beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Unsoed. Hujan yang turun sejak sore hari mengakibatkan acara ini molor dan baru selesai dini hari kemarin.


“Capek memang, tapi kami lega karena semua sudah selesai. Meski kami kekurangan personil tapi semua lancar-lancar saja,” katanya. Setelah sukses dengan acara ini, SEF juga berencana mengadakan Jenderal Soedirman Debate Champhionship yang merupakan lomba debat antar SMU se-Jateng. (sbw)

Koran Rakyat, (8 Februari 2007)

[+/-] penasaran...

Kisah Sedih TKW Ari Utari (2)

Kisah Sedih TKW Ari Utari (2-Habis)

Firasat Buruk Ibunda Ternyata Benar

Praaang….gelas yang ada di tangan tiba-tiba jatuh ke lantai. Berkali-kali kejadian ini dialami Turyati. Tak hanya itu, kalung emas seberat sepuluh gram miliknya patah sampai tiga kali. Kini hanya tersisa tiga gram saja. Bahkan pernah suatu malam ia bermimpi anaknya tidur di atas tanah.

Turyati ibuda Ari Utari sebenarnya tak tega melepas anak bungsunya ini pergi menjadi TKW ke Malaysia. Tak lama berselang sejak kepergian Ari, ia sering sakit-sakitan, bahkan Taswin suaminya juga mengalami hal yang sama.


“Suami saya pernah mimpi di kejar hantu, terus karena kaget ia langsung memukul tembok” kata Turyati.

Ibu dengan tiga anak putri ini sebelumnya juga punya pengalaman buruk. Reni Wiyarti, anaknya yang pertama juga pernah menjadi TKW di Malaysia dari tahun 1997-1999. Ia juga mengalami kekerasan dari majikan sama seperti apa yang menimpa Ari. Namun ia kini sudah hidup bersama suaminya di Riau.

Berbeda dengan anak pertama, Rina Yuliwiarti anaknya yang kedua justru berhasil dan mendapat keberuntungan saat menjadi TKW di Singapura. Dari tujuh tahun disana Reni mampu membelikan rumah, tanah dan sejumlah uang bagi orang tuanya. Setiap hari ulangtahunnya tiba, majikannya selalu merayakan dan memberikan hadiah seperti cincin, Televisi, dan radio. Kini Rina juga telah hidup bersama suaminya di Kalimantan.

Keberhasilan inilah yang membuat Ari Utami ingin mengikuti jejak kakaknya. Ari yang juga sedang menghadapi masalah dalam perkawinannya ini mencoba mengadu nasib dengan menjadi TKW di negeri seberang. Namun, malang nasib sial harus menimpanya. Kini hanya tubuh kurus, luka di pungung, dan trauma yang ia rasakan.

Ari Utami kini terbaring di ruang Dahlia A.1 RSU Banyumas. Perempuan 20 tahun yang senang menyanyi ini didiagnosa mengalami trauma thorax (dada), abdomen (perut) bawah, dan punggung. Untuk menghilangkan trauma, ia sesekali bercanda dengan dokter atau perawat.

“Dokter lebih jahat dari majikan saya, masa saya disuntik-suntik terus” ucapnya disertai tawa.

“Saya ingin bisa nyanyi seperti dulu, tapi malu” kata Ari. Ia sangat ingin menyanyikan lagu milik Nafa Urbach yang berjudul “Bagai Burung Dalam Sangkar” dan “Bukan Cinta Biasa” milik Siti Nurhaliza. “Saya juga ingin tampil di panggung atau ikut organ tunggal” katanya berharap.

(Subarkah Budi Wibowo)

Koran Rakyat, (14 Februari 2007)

[+/-] penasaran...

Kisah Sedih TKW Ari Utari (1)


KORBAN KEKERASAN. Ari Utari (kanan), TKW asal Sokaraja yang bekerja di Malaysia ini, mengalami tindak kekerasan dari majikannya. Sejak Senin (12/2) kemarin ia di rawat di RSU Banyumas.
RAKYAT/SUBARKAH BUDI W



Kisah Sedih TKW Ari Utari (1)

Makan Sekali Sehari, Tidur Di Kamar Mandi

Pipi mulus itu kini ternoda oleh bekas luka yang mengering, pukulan kayu dari majikan meninggalkan luka di dahi, bahkan beberapa gigi rontok akibat pukulan sandal kayu.


Nasib yang menimpa Ari Utari (20), Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia asal Sokaraja Lor memang menyedihkan. Betapa tidak, keinginannya untuk bekerja dan memperoleh penghasilan yang tinggi harus terbayar mahal dengan pukulan, tendangan, dan ulah keji majikannya. Putri mbontot pasangan Turyati dan Taswin ini hanya bertahan lima bulan di sana.


“Saya pulang hanya membawa Rp 300 ribu dan 10 ringgit Malaysia serta pakaian yang sudah disobek-sobek majikan” katanya kepada Rakyat.


Dua bulan awal ia lalui tanpa mengalami kekerasan. Makan tiga kali sehari pun masih ia peroleh. Tapi, gaji belum ia dapatkan. Di pagi hari ia harus menyapu, mengepel, dan mencuci. Kemudian berangkat ke pabrik kaos kaki bersama majikannya yang juga pemilik pabrik tersebut. Kegiatan ini menjadi rutinitas sehari-harinya. Petaka itu datang saat memasuki bulan ketiga.


“Majikan saya mulai memukul dan menendang bagian punggung dan kepala. Saya juga dipukul dengan sandal kayu sehingga dahi saya terluka, bahkan beberapa gigi saya patah” ungkapnya.


Pukul dua siang ia pulang bersama majikannya untuk makan siang. Tetapi hidangan istimewa baginya berupa nasi basi. Ia pun terpaksa memakannya. Kemudian mereka kembali ke pabrik dan baru pulang pada pukul delapan malam. Setelah tiba dirumah ia harus menyelesaikan pekerjaan tadi pagi.


Waktu untuk istirahat di malam hari menjadi dambaannya. Namun sayang tidak demikian kenyataannya. Kamar mandi menjadi tempat tidurnya. Guyuran air menjadi ucapan selamat malam dari majikan untuknya.


“Saya terpaksa minum air ledeng di kamar mandi untuk menghilangkan haus” katanya.


Keberuntungan masih berpihak kepadanya, saat niat kembali ke tanah air ia sampaikan, majikan perempuan yang memiliki tiga anak ini mengabulkannya. Kekerasan yang dilakukan majikan tersebut juga dilakukan pada anak-anaknya. Namun tidak ada yang berani melawannya.


Dengan diantar majikannya ke Pelabuhan Johor, ia pulang ke tanah air lewat Batam menggunakan kapal penumpang. Beruntung saat berada di kapal ia berkenalan dengan Mbak Kar, seorang warga Batam. Ia lalu mengenalkannya kepada Rohadi seorang TKI asal Banyumas yang juga ingin pulang.


Setibanya di tanah air, mereka lalu melanjutkan perjalanan dengan travel menuju Banyumas. Setelah sempat menginap semalam di rumah keluarga Rohadi, kemudian Ari Utari diantar menuju rumahnya.


“Saya sempat tidak tahu kalau yang dihadapan saya adalah anak saya sendiri. Saya bahkan sempat bilang saya tidak punya anak yang badannya kurus dan mukanya kecil. Setelah diberitahu kalau itu anak saya, suami dan saya langsung menangis histeris” kata Turyati saat anakknya pulang.


Pada Sabtu (10/2) Ari Utari di bawa ke Puskemas Sokaraja I. Namun hanya dua hari ia dirawat, kemudian langsung di bawa ke RSU Banyumas pada Senin (12/2) kemarin. (Subarkah Budi Wibowo) (Bersambung).


Koran Rakyat, (13 Februari 2007)

[+/-] penasaran...

Tuesday, May 15, 2007

Dan "Kartini" pun Menangis...





KARTINI. Beberapa siswa perempuan SMPN 5 Purwokerto membuat lukisan dalam “Ekspresi Lukis Kartini 2007”. Keprihatinan akan nasib perempuan saat ini mereka tuangkan dalam karya mereka.

RAKYAT/SUBARKAH BUDI W



Dan “Kartini” pun Menangis…

Seorang wanita terperangkap dalam kobaran api. Wajahnya berdarah-darah. Bahkan kedua bola matanya hampir copot keluar. Air mata darah pun menetes di pipinya.

Tak hanya itu, rambutnya juga acak-acakan. Dari keningnya mengucur darah membasahi wajah hingga ke lehernya. Mulutnya tak berukuran normal dan merah menyala karena lipstik yang tak karuan.


Tenang dulu. Gambaran tadi bukan terjadi sungguhan. Itu hanya salah satu lukisan karya anak-anak SMPN 5 Purwokerto dalam “Ekspresi Lukis Kartini 2007” yang diadakan sekolah tersebut baru-baru ini.


“Saya kesal dengan nasib perempuan sekarang. Banyak sekali kekerasan yang terjadi pada perempuan. Tapi ya banyak juga perempuan yang nggak peduli sama nasibnya” ungkap Intan Sari, siswa kelas 8 sang pembuat lukisan tadi.


“Gak tahu dapat ide dari mana. Spontanitas saja” lanjutnya.


Di salah satu pojok ruangan, ada pula lukisan seorang wanita yang sedang menangis sedih. Begitu sedihnya hingga ia digambarkan dengan wajah yang membiru. Bahkan airmata yang menetes di pipinya tak berbeda dengan wajahnya. Disebelah wanita itu ada sebuah coretan motif kain batik.


Ya, Diana Fitriani, sang pembuat lukisan mencoba menggambarkan sosok Kartini sebagai wanita Jawa di zaman sekarang lewat lukisannya. Ia sangat menghayati karyanya. Tak heran, jemarinya penuh cat karena ia gunakan untuk menorehkan karyanya. Hanya sesekali ia menggunakan kuas.


“Perempuan di lukisan saya memang sedang kecewa. Ia sedih dengan kondisi perempuan di Indonesia sekarang ini” katanya.


Intan dan Diana hanya dua dari enam belas siswa perempuan yang hari itu memperingati Hari Kartini dengan karya mereka. Sebagian besar siswa yang lain lebih senang menggambar pemandangan dan bunga.


Bentuk ekspresi yang sederhana tapi patut diacungi jempol juga. Dikatakan sederhana karena kanvas yang mereka gunakan hanya berupa kardus bekas. Sedangkan peralatan yang lain sudah disediakan dari sekolah terutama untuk kegiatan ekstrakurikuler seni rupa.


Menurut Cipto Pratomo, guru seni rupa sekolah tersebut, acara ini diadakan justru karena siswa yang menginginkan. Ia pun monggo saja dan membiarkan mereka berekspresi dengan karyanya. “Lukisan merupakan ekspresi yang sebebas-bebasnya” katanya.


Disinggung mengenai lukisan “wanita nelangsa” karya muridnya, ia hanya berujar, “Ah, mungkin mereka terlalu banyak nonton TV. Banyak pemberitaan tentang kekerasan terhadap perempuan di media massa”. (Subarkah Budi Wibowo)

Koran Rakyat, (25 April 2007)

[+/-] penasaran...

Monday, May 14, 2007

Pedagang Komplek B Pasar Wage Ruwatan

RUWATAN. Pedagang yang ada di Komplek B Pasar Wage pada Kamis (8/2) kemarin mengadakan ruwatan atau selamatan bulan Shuro di lorong sebelah selatan.
RAKYAT/SUBARKAH BUDI W



Pedagang Komplek B Pasar Wage Ruwatan

PURWOKERTO- Pedagang yang berada di komplek B Pasar Wage kembali mengadakan ruwatan atau selamatan Syuro (Suran), Kamis (8/2) kemarin. Acara yang untuk kedua kalinya diadakan ini mengambil lokasi di pintu atau lorong sebelah selatan Pasar Wage yang belum lama dibuka.

“Kami mengadakan ini untuk mengharap lindungan Tuhan agar diberi rejeki yang halal dan barokah. Kami menilai bumi kita ini juga sudah tidak bersahabat dengan banyaknya bencana di negara kita. Oleh sebab itu, kami ingin bumi kita ini kembali bersahabat,” kata salah satu pedagang di Kompleks B Pasar Wage, Arjo kepada Rakyat.

Acara ini diisi dengan tahlilan, pengajian, potong tumpeng, dan juga pagelaran wayang kulit yang menampilkan dua dalang sekaligus, Ki Dalang Kirno dan Paiman Tedjocarito dari Pancurawis. Dana untuk menggelar acara yang sederhana ini diperoleh dari iuran sukarela para pedagang di komplek tersebut.

Wayang kulit yang digelar mengambil kisah tentang Werkudara yang bertemu dengan Bayu Pitu atau tujuh angin. “Kisah ini mengambarkan orang yang senang mencari paseduluran (persahabatan-red), itulah sebenarnya misi kita di dunia ini atau dalam bahasa Jawa disebut manunggaling rasa sedhulur,” kata salah satu dalang, Paiman Tedjocarito.

Komplek B Pasar Wage memang terdiri dari pedagang yang berasal dari berbagai etnis yang berbeda. Dalam sambutan pembukaan, Ketua Pedagang Komplek B Pasar Wage, Toha menyarankan agar para pedagang tidak menjual beras dengan harga jauh di luar jangkauan masyarakat. Selama ini untuk banyak masyarakat yang mengeluhkan harga beras kepada mereka. (sbw)


Koran Rakyat, (9 Februari 2007)

[+/-] penasaran...

SARESEHAN MUSIK. Oemah Seni Pereng mengadakan sarasehan yang membahas pengaruh musik bagi kehidupan manusia pada Sabtu (17/2) malam kemarin. RAKYAT/SUBARKAH BUDI W



Sarasehan Oemah Seni Pereng
Musik Itu Tak Sekedar Tang Ting Tung…

“Musik adalah inspirasi buat saya. Daripada ndengerin omelan orang tua mendingan ndengerin musik”

Kalimat ini spontan muncul dari Sawitri, seorang siswa SLTP yang ikut dalam sarasehan yang diadakan Oemah Seni Pereng Purwokerto pada Sabtu (17/2) malam kemarin. Baginya musik juga sebagai pelampiasan rasa senang dan sedih.


“Intinya musik membuat hati saya senang. Saya tidak suka sedih-sedih terus,” katanya.

Berbeda dengan Sawitri, Irwanto, salah seorang guru kesenian di SMU 2 Purwokerto mengatakan, “Musik bisa dijadikan mas kawin bagi calon manten. Misalkan musik klasiknya Mozart. Musik jenis ini juga mampu merangsang saraf motorik yang dapat mencerdaskan otak bayi yang masih dalam kandungan,” katanya.

Salah seorang peserta lain menyetujui pendapat ini. Menurut pengalaman pribadinya, ia sering memainkan musik Mozart untuk anaknya dari masih dalam kandungan hingga usia tiga bulan.
“Perasaan saya sangat luarbiasa ketika melihat anak saya menggerakkan tangannya, kakinya menendang-nendang, sepertinya ia lagi berjoget,” katanya.

Sarasehan yang berlangsung dari pukul 20.00 hingga 09.30 WIB ini digelar dengan santai dan sederhana. Para peserta duduk lesehan dengan dijamu kopi dan gorengan. Meski tema obrolan cukup memerlukan konsentrasi, gelak tawa peserta membuat obrolan ini menjadi enak diikuti dan tak membosankan.

Acara yang digelar untuk merayakan Hari Pers ini dikuti sekitar tiga puluh peserta yang merupakan para penikmat kesenian. Pada minggu sebelumnya Oemah Seni Pereng juga telah mengadakan sarasehan membahas komik Jepang (manga).

Setelah ngobrol ngalor-ngidhul dan peserta mengungkapkan pendapatnya masing- masing, mereka meyakini bahwa musik yang universal itu sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Musik dapat membuat pikiran segar kembali, mampu meningkatkan semangat kerja, bahkan dapat membentuk watak dan karakter seorang manusia. (Subarkah Budi Wibowo)

Koran Rakyat, (19 Februari 2007)

[+/-] penasaran...

Sunday, May 13, 2007

Mau Produksi "Jakarta Under Kolor"

Me and Moamar Emka, RM Cipta Rasa, Purwokerto, Sunday, 29 April 2007

Moamar Emka
Mau Produksi “Jakarta Under Kolor”

Setelah sukses dengan buku ketiganya yang juga dibuat film “Jakarta Undercover 3”, Moamar Emka kini punya kejutan lagi. Buku dan film yang mengungkap dunia esek-esek di Ibukota ini segera dibuatkan lanjutannya oleh penulis yang menyukai pecel Madiun ini.


Saat berbincang-bincang dengan Rakyat di RM Cipta Rasa, Minggu (29/4) siang kemarin ia mengungkapkan, “Saya mau bikin Jakarta Under Kolor” katanya yang langsung disambut tawa keras teman-temannya.


Ya, siang itu ia memang baru datang dari Jakarta untuk melakukan talkshow di “Pesta Buku Purwokerto 2007” malam harinya. Rakyat mendapat kesempatan spesial untuk ngobrol bareng dengan penulis sensasional itu bersama teman-temannya dan panitia bookfair yang digelar di Gedung Paschalist Hall, 27 April- 3 Mei mendatang.

Tentu saja, “Jakarta Under Kolor” yang dimaksud hanya bercanda. Ia malah berujar bahwa buku Jakarta Undercover 3 sudah tidak ada lanjutannya lagi. Pada bukunya kali ini, ia kembali mengungkapkan fakta tentang “liar”nya kehidupan seksual di Ibukota.


“Dibandingkan buku sebelumnya, buku ketiga ini menunjukkan pola perilaku seksual di Ibukota yang mulai berkembang, mulai terbuka, nggak malu-malu lagi, dan bahkan sudah berani tampil dimuka umum” kata pria berjengot panjang ini.


Ditanya pengalamannya saat membuat buku tersebut, ia mengaku sempat “menaruh hati” pada seorang wanita yang menjadi objek observasinya. Namun hubungan itu tak berlanjut serius.
“Sebetulnya saya kasihan sama dia. Dalam sehari dia harus melayani empat hingga enam lelaki” tutur Emka yang mengaku belum punya prioritas kapan akan married.


Meski harus terjun langsung bahkan “mencoba” dunia esek-esek untuk bahan tulisannya, ia tetap menghargai kaum perempuan. “Wanita itu indah” katanya. Saat ditanya makna cinta baginya, penulis berlatarbelakang santri ini spontan menjawab, “Cinta itu sesuatu yang indah, misterius, menyenangkan, dan menyamankan”.


Menurutnya, latarbelakang sebagai seorang santri sulit ia gunakan untuk “mengajak tobat” mereka yang ada di dunia hitam itu. “Nggak kena” lanjutnya. Ia hanya berujar, “Ya minimal keluar dari kandang macan, ketemu ikan” katanya sambil tersenyum. (sbw)

Koran Rakyat, (30, April 2007)

[+/-] penasaran...

Grebeg Suro Cipendok, Bentuk Rasa Syukur





Grebeg Suro Cipendok, Bentuk Rasa Syukur

Hawa dingin terasa mulai menusuk sampai ke tulang, meski hari itu matahari telah melewati atas kepala. Wajah ceria orang-orang yang hendak melakukan prosesi itu terus tampak secerah langit biru saat itu. Anak-anak yang menabuh kenthongan berada didepan barisan itu. Thok…thok…thok tanda gunungan sesaji siap diarak menuju Curug Cipendok, untuk mengawali Upacara Grebeg Suro.

Ini adalah untuk yang pertama kalinya upacara adat Grebeg Suro digelar di Curug Cipendok Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok Kamis (1/2). Acara ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan. Sehingga masyarakat setempat menyambut acara ini dengan antusias

Prosesi diawali dengan sambutan dari beberapa tokoh masyarakat dan pemberian piagam penghargaan bagi 10 pecinta alam yang telah berhasil mendaki daerah Cipendok. Kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan gunungan sesajian hasil bumi. Arak-arakan ini dimulai dari pintu masuk menuju lokasi Curug Cipendok.
Tepat di bawah Curug, kemudian diadakan prosesi larung enthok (itik). Seekor enthok disembelih. Kepala, sayap, dan darah dibiarkan hanyut mengikuti arus sungai, sementara bagian lainya kemudian di masukkan ke karung.
“Kepala enthok merupakan gambaran bentuk air terjun. Kami menyembelih dan melarungnya agar roh enthok itu sempurna. Ini merupakan bentuk puji syukur kita kepada Tuhan” kata Ketua Panitia Grebeg Suro Cipendok, Yatman S yang juga budayawan Banyumas kepada Rakyat.
Begitu acara larungan ini selesai hujan pun turun. “Alhamdullilah..” katanya bersyukur. Namun masyarakat yang sudah tidak sabar menunggu, langsung berebut mendapatkan gunungan hasil bumi saat prosesi larungan tersebut dilakukan. Setelah itu beberapa tumpeng dibagikan kepada masyarakat dan pengunjung yang datang.
Masyarakat berebut mendapatkan salah satu hasil bumi karena mereka punya kepercayaan, siapa yang dapat pasti akan beruntung.

“Kami berharap masyarakat pada bulan mendatang panennya berhasil” kata Yatman dengan penuh harap.

(Subarkan Budi Wibowo)

Koran Rakyat, (2 Februari 2007)

[+/-] penasaran...